![]() |
Sumber |
Kebanyakan orang pasti menyukai minuman berwarna hitam dan
rasanya pahit ini, yap kopi. Kopi dianggap sebagai minuman yang dapat menambah
stamina, mengusir rasa kantuk dan mendatangkan inspirasi. Setuju? Banyak
sekarang kedai kopi yang berdiri demi memenuhi kebutuhan kita untuk ngopi.
Namun tahukah kamu dari mana kopi yang kamu minum berasal? Bisa jadi kopi yang kamu
nikmati itu berasal dari perkebunan kopi di daerah Magelang.
Nah, beberapa waktu lalu saya mendapat kesempatan berkunjung
ke perkebunan kopi di Desa Ngrancah, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah.
Jadi, ceritanya Minggu, 23 Oktober 2016 lalu, Komunitas Kota
Toea Magelang (KTM) kembali mengadakan event
jelajah. Tentu saja ini merupakan acara yang paling ditunggu-tunggu bagi
para kerabat KTM, termasuk saya. Antusias peserta kemarin cukup tinggi. Itu
dibuktikan dengan peserta jelajah yang memecahkan rekor, yakni mencapai 150an orang,
bahkan lebih.
Pagi itu dengan penuh semangat, saya pun berangkat menuju
titik kumpul di depan ruko Kalimas, Jalan Kalimas, Kota Magelang. Sampai di
lokasi sudah banyak saja peserta yang hadir, padahal itu belum semuanya lho.
Setelah menyalami satu-persatu kerabat KTM, saya pun mendaftar ulang. Beberapa
peserta diantara sudah saya kenal, mungkin ada juga yang kenal saya tapi saya
tidak kenal, dan ada yang sudah saya kenal tapi belum juga sayang #Halah. Sebagian lagi peserta yang
baru pertamakali mengikuti event KTM
dan rela jauh-jauh datang dari luar kota. Sembari menunggu peserta yang lain saya memanfaatkan waktu
buat sarapan. Kebetulan di area tersebut terdapat penjual nasi rames.
Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB. Setelah dirasa semua
peserta sudah hadir, Mas Bagus Priyana selaku koordinator Kota Toea Magelang pun
mengkomando kami untuk bersiap berangkat. Waktu yang kami butuhkan untuk sampai
ke Desa Ngrancah sekitar 45 menit. Hawa dingin sudah mulai terasa. Dari
kejauhan Nampak berdiri sebuah pintu gerbang yang tinggi menjulang, itu
tandanya kami telah sampai di Desa Ngrancah.
Desa Ngrancah merupakan sebuah desa yang mempunyai hawa
sejuk karena letaknya yang berada di lereng Bukit Kelir. Dan memiliki pemandangan alam yang indah. Konon, Desa Ngrancah
ini dulunya adalah tempat persembunyian prajurit bernama Rejodipuro dari
kejaran pasukan Belanda pada masa Kasunanan Surakarta Hadiningrat sekitar tahun
1873. Oleh Rejodipuro kemudian desa tersebut diberi nama Ngrancah.
Setelah memarkirkan kendaraan, kami pun langsung bergegas menuju
Balai Desa Ngrancah dengan diiringi mendung yang menggelayut di langit. Oh ya
tak jauh dari tempat parkiran tadi terdapat sebuah bangunan Unit Pengolahan
Hasil (UPH) kopi Desa Ngrancah yang difungsikan sebagai
penggilingan, pengemasan serta penjualan Kopi Ngrancah.
Siang itu, kami beristirahat duduk-duduk di kursi yang telah
ditata dengan rapi. Saya dan beberapa kawan memilih duduk lesehan sambil
menyantap kudapan tradisional yang disuguhkan oleh panitia, berupa jagung
rebus, pisang rebus, kimpul, kacang godhok, dan keripik talas. Meskipun sederhana, namun menyantap bersama-sama
seperti ini rasanya jadi nikmat tiada tara. Hehe.
Nampak di sudut kiri terdapat meja memanjang, di atasnya
terdapat beberapa produk kopi yang dihasilkan dari Desa Ngrancah. Teman-teman
yang lain pun ada yang langsung memborong kopi yang dipajang. Selain kopi,
rupanya ada beberapa potensi lain yang dihasilkan dari industri rumah tangga warga Desa Ngrancah yang
turut ditampilkan, mulai dari keripik talas, gula jawa, peyek kacang, ampyang (gula kacang),
madu, dan kaligrafi. Saya mengambil sebungkus keripik talas buat oleh-oleh.
![]() |
Kopi Ngrancah. |
![]() |
Kopi Ngrancah. |
![]() |
Madu Ngrancah. |
![]() |
Keripik talas dan peyek. |
![]() |
Gula Jawa dan ampyang. |
![]() |
Kaligrafi. |
Setelah mendapat pengarahan rute yang akan kami lewati, sekitar
pukul 10.00 WIB, kami pun bersiap menjelajahi perkebunan kopi dengan ditemani
oleh beberapa bapak bapak petani kopi Desa Ngrancah sebagai pemandu kami. Jalan
yang berplaster halus dan disambung jalan setapak berbatu menanjak dengan panjang
sekitar 3 Km harus kami lalui untuk sampai ke atas.
Sejauh mata memandang terhampar pepohonan kopi yang hijau
sedap dipandang mata. Saat kami kesana kemarin, setelah lewat masa panen, jadi hanya
nampak beberapa buah kopi yang tesisa di pohon. Sambil berjalan sesekali kami berhenti dan
mendengarkan cerita dari bapak-bapak petani kopi yang menjelaskan tentang
perkebunan kopi Ngrancah dan segala hal mengenai kopi.
Ngomong-ngomong, sejarah perkebunan kopi di Desa Ngrancah
ini sendiri dimulai sekitar tahun 1900an. Kala itu seorang Belanda bernama
Edward Jacobson menanam kopi di sana. Hingga saat ini perkebunan kopi ini
diwariskan turun temurun dan dikelola oleh warga Ngrancah dan menjadi komoditas
asli dari desa Ngrancah. Sebagian besar warga Ngrancah menggantungkan hidup mereka
sebagai petani kopi.
Perkebunan kopi Ngrancah ini merupakan perkebunan kopi organik
dan memiliki lahan seluas 18.000 hektar. Jenis kopi yang ditanam di sana adalah jenis kopi Robusta. Setiap 30 tahun sekali pohon kopi di perkebunan kopi
Ngrancah ini diremajakan dengan sistem sambung pucuk. Kopi harus dipetik kalau
buahnya sudah berwarna merah agar mendapat kopi yang berkualitas.
Mungkin kalian pernah dengar kopi lanang. Kemarin saya dapat
penjelasan mengenai jenis kopi tersebut. Jika umumnya dalam satu buah kopi terdapat
dua biji, maka kopi lanang merupakan kopi tunggal dan bentuknya bulat, serta
jumlahnya sangat jarang.
Untuk menambah penghasilan, petani kopi di sana juga menanam
tumbuhan lainnya. Seperti talas, durian, pisang dan lain sebagainya. Selain
itu, pohon berkayu keras seperti mahoni,
suren, sengon, dan mindi juga turut ditanam yang berguna untuk menyerap air hujan guna mencegah longsor.
Kami pun melanjutkan perjalanan membelah kebun kopi. Di
tengah perkebunan kopi Ngrancah yang teduh mengalir sebuah sungai kecil berair
jernih yang dimanfaaatkan oleh warga Desa Ngrancah untuk keperluan sehari-hari.
Mata air sungai tersebut yang akan kami tuju. Katanya sih di atas juga ada air
terjunnya.
Pelan namun pasti, hujan pun mulai turun. Memaksa rombongan
untuk menghentikan langkah. Hujan semakin deras saja mengguyur. Saya dan
beberapa kawan yang nggak bawa mantol pun memilih untuk berteduh. Sementara beberapa
diantaranya yang membawa jas hujan tetap melanjutkan sampai ke atas.
Karena ditakutkan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, seperti
longsor, akhirnya kami pun terpaksa menyudahi perjalanan kami siang itu dan
kembali ke balai desa. Kami pun turun dengan berpayung daun lompong (talas). Kopi dan teh hangat pun telah menyambut kami di meja.
Teman-teman langsung mengantre untuk menikmati kopi yang dibuat secara
langsung.
![]() |
Pak Mukidin. |
Sambil mengusir dingin yang memeluk dengan secangkir kopi hangat, saya pun
mendengarkan Pak Mukidin, salah seorang tokoh Desa Ngrancah yang banyak
berpengaruh di desanya. Pak Mukidin ini pernah tampil di acara Hitam Putih dan
beberapa acara lainnya di televisi loh, berkat keberhasilannya menghijaukan
kembali lahan di sekitar perkebunan kopi Ngrancah yang longsor akibat lahan
gundul. Desa Ngrancah pun telah dianugerahi beberapa penghargaan baik itu dari
pemerintah maupun swasta.
Mas Bagus Priyana juga sempat memberikan masukan kepada
pihak Desa Ngrancah supaya nantinya bisa diadakan acara semacam festival kopi
Ngrancah, agar nama kopi Ngrancah semakin terangkat dan dikenal secara luas.
Sebelum mengakhiri kunjungan kami ke Desa Ngrancah, akhirnya
yang kami tunggu sejak tadi pun datang juga. Makan siang. Hehehe. Tentu saja
dengan menu khas desa, seperti sego jagung, nasi pecel dan nasi urap. Sekali
lagi meskipun sederhana, tetapi tetap saja terasa nikmat tak terhingga.
Baca juga : Menjelajahi Rel Kereta Api "Mati" Sepanjang Sembilan KM
Jelajah Kebun Kopi Ngrancah Bersama Komunitas Kota Toea Magelang
Reviewed by Achmad Muttohar
on
11/04/2016 10:31:00 AM
Rating:

Kata teman pas acara ini ujannya dueres ehehheh.
BalasHapusHeem, mas pokok'e berhujan-hujan ria gitu deh. Hehe.
HapusWah, asyik nih.... kapan ya bisa ke sana hehehe
BalasHapusAyo main ke Magelang, kak Didik. :D
HapusTunggu kedatanganku ya :D
Hapuswah mas kokoh memang top kemana-mana mesti ada acara aja yah
BalasHapusNamanya juga pengacara, mas. Hahaha.
HapusMashaallah...suasananya bikin tenaang...hati senang.
BalasHapusPingin jalan-jalan ke desa Ngrancah.
wah asyik banget nih bisa jelajah kebun kopi, setelah jelajah kebun kopi pulangnya nyeduh kopi sendiri, kopi hitam tanpa gula. Duh nyesss mantap tenan rek. Apa lagi kalau ditambah hujan dingin dingin ngopi tuh sedap :')
BalasHapusPenasaran pengen nyobain rasa kopi nya, apalagi karena robusta bersahabat dengan perut saya. Btw,di Medan juga suka ada kegiatan ke kebun kopi, cuma nggak bisa ikut karena waktunya selalu bentrok dengan waktu kerja. Icip kopi nya juga mas?
BalasHapuswah asyik nich, kalau deket mau dech join acara gitu hikz sayang adoohh
BalasHapusPanitia yg mengadakan acara ini keren sekali. Dampak positifnya pasti akan sangat terasa oleh warga Desa Ngrancah. Bagi peserta acara, mengetahui asal mula minuman kopi yang sering mereka reguk juga merupakan manfaat yang sangat besar.
BalasHapusAku suka kopi, tp skrg udh jarang bgt minum kopi soalnya maagnya sering kambuh, jadi gk berani meskipun bukan kopi hitam
BalasHapusAcaranya kerenn Mas.. Sekalian kita menhenal kopi dan kebun kopi. Stukur juga kalai sekalian dapat jodoh pas jalan2nya hehehe
BalasHapusNgeBayangin saat musim kopi berbunga..
BalasHapusHarumnya nyebar... apalagi kalau diiringi gerimis kecil, rasanya tak tergantikan... jadi pingin pulang kampung hihihi...
Betewe desanya keren ya, di tempat asalku juga banyak pohon kopi dan pisang, tapi dijual gitu aja...
Kebun teh udah sering, jalan-jalan ke perkebunan kopi yang belum...pengen banget :D
BalasHapusSeru juga main2 ke kebun kopi, banyak spot foto bagus2 ya hehe
BalasHapusaduh kopinya menggiurkan banget itu klo udah di olah pasti enak
BalasHapusKopi merupakan salah satu komoditi laris manis diluar maupun dalam negeri. Saya sih suka minum kopi juga. Kebayang ikutan acara yang positif seperti ini pasti bikin happy apalagi minum kopinya langsung di kebun nya
BalasHapusMas Ahmad... itu coba ya mbo ya dikirim gitu kopinya bt saya... hehehe.. oiya jenia kopi apa yang dihasilkan disana? Pengen nyoba nih.. biar ta rewiew deh.. ok ya, japri kalau setuju.. eh, ko maksa
BalasHapusSeru... bisa belajar tentang kopi. Peremajaan kopi disana dengan sistem sambung pucuk, ya? Bagaimana caranya, Mas?
BalasHapusOh iya, berlindung dari hujan dengan daun talas, apa gak gatel? Setau saya daun talas itu, getahnya gatel. He he he
Wh bapak2nya keren nih bisa menggerakan masyarakatnya untuk penghijauan, ohiya kimpul itu makanan yang kayak gimana ya mas ?
BalasHapusAku kopi krg suka, tapi buah kopi sukaaa. Kdg ngemutin buahnya, hihihi. Di Jepara jg ada kebun kopi
BalasHapusKopinya sudah dikemas dengan bagus ya Mas, pasti harganya bisa lebih tinggi dibanding kalau langsung dijual ke tengkulak. :)
BalasHapusSungainya jernih bangetttt
Seru banget mas bisa mengujungi kebun kopi.
BalasHapusApalagi asli dari Indonesia moga2 makin laris krn udah bagus pengemasannya ya :D
Aku pengen ikut komunitas toea magelang. Sayangnya nggak berani ke sana sendirian. Padahal lumayan deket. Hehehe. Btw, wisata ke kebun kopi selain menyejukkan juga dapet banyak ilmu ya, suka banget wisata seperti ini. yang sambil belajar :)
BalasHapuswihi pasti seru ya mas menjelajah kebun kopi apalagi sama komunitas begini. Di kampung saya punya kebun kopi, tapi ta kebun tradisional pasti ga seru jalan2 sendiri...
BalasHapuskopi ngrancah ini bagus juga marketingnya ya, jadi ga hanya jualan kopi tapi juga jualan kisah. hmmm... sepertinya pas mantap deh habis jalan2 langsung ngopi hangat. komunitasnya kece ya
Ini paling pas liburan bareng keluarga, soalnya selain liburan...dapet ilmu juga
BalasHapusKeren bapa-bapanya bisa menggerakan masyarakat untuk melakukan penghijauan :)
suasananya ngademin banget mas. kopinya menggoda, ciri khasnya apa mas rasa kopinya?, kirim-kirim ke bogor dong mas, hihihihi....
BalasHapusMas, seriusan tanam kopinya organik?
BalasHapusSoalnya untuk lahan segitu luas, berarti harus dijaga betul2 ya
Wah indah sekali mas, infrastructure jlnnya juga bagus ya. Daerah yang memiliki produk lokal hasil kearifan masyarakatnya sangat Kreatif ya. Ingin ke sna.
BalasHapusngeliat aliran sungainya adem banget ya, kira-kira harga kopinya mahal ga mas? karena kan kopinya organik ya
BalasHapusAtas nama jelajah, pasti seru. Jelajah kopi, pula. Hihihi. Btw, antusias peserta yang ikut jelajah kopi kemarin kenapa bisa tinggi, mas? Apa sebelumnya sudah dilaksanakan kegiatan serupa?
BalasHapusItu kopi kemasannya masih dalam bentuk biji kopi?? Wah, buat para pecinta kopi, pasti surga banget yaaa.. :D
BalasHapusKepengen banget bisa liat perkebunan kopi. Tapi kalo di jakarta kayaknya nggak ada hihihi
BalasHapuswoaaahhhhh, inginnn !!!! pemandangannya keren ya. saya baru tahu kalau tamasya di perkebunan kopi bisa sebegitu menyenangkan.
BalasHapusSisi lain kota Malang memang selalu menakjubkan ya.. gak cuma tentang kota batu maupun apel. Di Malang juga ternyata bisa jelajah kopi. Asik yaa :D
BalasHapusEh ralat, ini Magelang ya? hehehe mau bangetlah nyobain jelajah kopi disana. :D eh tapi seriusan kak. Widya belum pernah ke magelang. Deketan gak sih Magelang sama Malang? :D
BalasHapusWaah ada mukidi. Titip salam ya dari fansnya
BalasHapusKalau aku di kebun kopi pasti isi kepala cuma bertanya-tanya: kapan minum kopinya nih?
BalasHapusHehehehe langsung susah konsen menikmati suasana kalau udah deket kopi tapi blom nikmati kopi.
Acaranya asyik banget ya Mas. Pengen ikut kalau ada festival kopi Ngrancah. Penasaran.
BalasHapusBtw, saya senang kalau di acara semacam ini, para tamu memborong hasil karya petani setempat.